SEKILAS KALIMANTAN BARAT
Luas lahan | 14.700.000 ha |
Luas hutan | 63% (9.178.800 ha) 1.7 juta ha adalah lahan gambut |
Luas area yang dilindungi | 3.764.700 ha (40% hutan tutupan) Termasuk Palung Gunung, Danau Sentarum, Gunung Palung, dan Taman Nasional Betung Kerihun |
Keanekaragaman yang signifikan | 2.920.000 ha dari Jantung Borneo terletak di Kalimantan Barat Taman Nasional Danau Sentaru di Kapuas Hulu adalah salah satu danau sistem yang paling beraneka ragam di dunia. |
Kegiatan utama ekonomi |
|
Ancaman utama bagi hutan dan lahan gambut |
|
Tentang Kalimantan Barat
Kalimantan Barat berbatasan dengan negara bagian Malaysia, Serawak di utara, dan dengan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur di sebelah Timur. Pegunungan membentuk banyak perbatasan di bagian utara dan bagian tenggara, dan ditutupi dengan hutan yang lebat. Wilayah pedalaman dan dataran rendah berawa di pesisir dibentuk lebih dari 100 sungai, yang bertemu dengan Laut Jawa dan Selat Karimata di pantai barat.
Keanekaragaman
Ekosistem yang ditemukan di rawa dan dataran rendah adalah yang paling penting di dunia. Hutan bakau tropis di sepanjang sungai Kalimantan Barat dan pantai barat sangat penting bagi kualitas air, sumber karbon, stok ikan-ikan, dan perlindungan bagi masyarakat setempat melawan badai tropis.
Taman Nasional Danau Sentarum di kabupaten Kapuas Hulu adalah dataran bajir dari 20 danau, rawa-rawa air tawar dan 66.000 ha hutan rawa gambut. Selain menjadi stok karbon yang sangat penting, taman nasional juga merupakan rumah bagi 29% spesies mamalia asli Indonesia dan 43 spesies tanaman yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Danau Sentarum sendiri merupakan danau tropis dengan keanekaragaman hayati ketiga di dunia, yang berisi ratusan spesies ikan yang unik. Ekosistem ini membentuk hulu sungai terbesar di Indonesia, Kapuas, dan secara signifikan mempengaruhi aliran dan kualitas air sungai tersebut. Hampir 4 juta orang di seluruh Kalimantan Barat mengandalkan Sungai Kapuas untuk memancing, mandi dan transportasi.
Ekonomi Kalimantan Barat
Nilai ekspor Kalimantan Barat pada tahun 2012 adalah $120 juta dengan ekspor utama adalah kayu, karet dan logam. Pertanian dan kehutanan memberikan kontribusi terbesar bagi sektor perekonomian. Penebangan liar merupakan sektor yang kaya di propinsi ini dan sering diselundupkan oleh penduduk setempat melintasi perbatasan bagian utara ke Sarawak, Malaysia.
Industri komersial terbesar hadir pada sektor kelapa sawit, tetapi petani lokal memberikan kontribusi signifikan pada perkebunan karet yang memberikan 20% pendapatan ekspor bagi propinsi ini. Petani lokal juga menanam padi, singkong, kedelai dan tanaman perdagangan lainnya, dengan kopra yang diproduksi di daerah pesisir. Peternakan dan perikanan juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat lokal.
Kalimantan Barat juga kaya akan beragam mineral dan batu mulia. Pertambangan komersil untuk batu bara dan biji besi menjadi andalan bagi sebagian besar pertambangan di propinsi ini, namun banyak operasi penggalian batu bara, berlian, emas dan perak ilegal yang dilakukan oleh penambang lokal Indonesia. Masyarakat pedalaman secara tradisional mendulang emas di gundukan pasir sungai setelah hujan deras mencampur endapan tersebut.
Ancaman bagi hutan dan keanekaragaman hayati
Lebih dari 70% daratan Kalimantan Barat telah dialokasilan untuk konsesi dan perizinan untuk pertambangan (5 juta ha), penebangan (2.2 juta ha) dan perkebunan kelapa sawit (4.7 juta ha). Di Ketapang, semua lahannya – dan kemudian beberapa – telah diperuntukkan bagi konsesi (103% dari wilayah lahan). Apabila kelebihan alokasi yang ekstrim ini tidak diselesaikan maka tingkat penebangan hutan 132.500 ha di Kalimantan Barat setiap tahunnya akan melambung.
Mayoritas penebangan hutan di Kalimantan Barat berasal dari perkebunan kelapa sawit dan penebangan. Dari tahun 1990 hingga 2010, terjadi peningkatan 600% di perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sebagian besar kegiatan ini terjadi di Kalimantan Barat. Diperkirakan dua pertiga dari penebangan di Kalimantan Barat ini adalah ilegal, dengan perambahan hutan 10.000 ha oleh penambang liar lokal per tahun.
Banyak kegiatan ini melanggar hutan lindung sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi keanekaragaman hayati serta meningkatkan erosi tanah. Selanjutnya setengah dari persediaan karbon yang tersisa di Kalimantan Barat terletak di hutan produksi, dan hanya 1,2% dari Kalimantan Barat masih tertutup oleh kawasan gambut. Hilangnya persediaan karbon memiliki implikasi yang signifikan bagi emisi karbon dan pola iklim di wilayah tersebut.