SEKILAS TENTANG SULAWESI TENGAH
Luas lahan | 6.184.100 ha |
Luas hutan | 64% (4.400.000 ha) |
Luas lahan yang dilindungi | 32% (2,2 million ha) mencakup: Taman Nasional Lore Lindu (229.000 ha) Taman Konservasi Morowali |
Keanekaragaman yang signifikan | Taman Nasional Lore Lindu merupakan cagar biosfer UNESCO |
Aktivitas ekonomi yang utama |
|
Ancaman utaman bagi hutan dan lahan gambut |
|
Tentang Sulawesi Tengah
Pulau Sulawesi, berbentuk seperti huruf ‘K’, terdiri dari empat semenanjung utama dengan sedikit wilayah daratan yang berdekatan. Sulawesi Tengah sebagian besar merupakan wilayah ujung utara, dan merupakan wilayah yang terbesar di pulau tersebut. Luasnya memenuhi setengah pedalaman dengan Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Sebuah lengkungan ke atas dari cabang pulau dan sekitarnya mendekati propinsi Gorontalo, mengukir sebuah teluk Tomini. Dua propinsi berbagi semenanjung utara dari pulau tersebut, di mana masih banyak terdapat gunung berapi yang masih aktif. Sebagian besar propinsi ditutupi oleh pegunungan dan kerucut vulkanik.
Keanekaragaman Hayati
14 ekosistem hutan yang berbeda dapat ditemukan di Sulawesi, memiliki gabungan unik flora dan fauna Asia dan Australia. Lebih dari 60% mamalia dan sepertiga burung-burung yang ditemukan di Sulawesi adalah endemis, dan di Taman Nasional Lore Lindu terdapat 77 spesies burung yang tidak ditemukan di tempat lain di bumi. Reservasi Alam Morowali juga melindungi ekosistem laut yang penting dan menjadi resapan air bagi lima sungai-sungai besar. Ada lebih dari 100.000 ha kawasan danau di wilayah yang dilindungi di Sulawesi Tengah, termasuk Danau Poso, danau terbesar ke tiga di Indonesia. Danau tersebut tiga kali lebih dalam dari pada Laut Jawa, merupakan tempat ratusan spesies ikan yang unik dan hampir punah, serta memberikan persediaan air bagi berbagai masyarakat. Karena topografi propinsi yang bergerigi, hutan juga memainkan peran penting dalam menjaga kualitas tanah dan aliran air.
Ekonomi
Pertanian merupakan mata pencaharian bagi 60% populasi di Sumatera Tengah. Petani kecil selama ini telah memproduksi beras secara tradisional, namun selama beberapa dekade terakhir propinsi ini mengalami booming produksi coklat. Setelah coklat, tanaman perdagangan lain yang umum adalah kelapa, cengkeh, kopi, buah pala, dan kacang. Tambak ikan dan akuakultur udang merupakan mata pencaharian populer bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
Aktivitas penambangan di Sulawesi Tengah tertinggal dibanding di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Perusahaan pertambangan semakin meminati nikel, emas, berlian dan sulfur cadangan propinsi, sehingga menyebabkan pertumbuhan 35% di sektor pertambangan pada tahun 2011. Namun, penebangan tetap menjadi sektor yang menonjol bagi perekonomian propinsi karena ditemukannya kayu dengan kualitas tinggi di Sulawesi Tengah.
Ancaman bagi hutan dan keanekaragaman hayati
80% hutan di pulau Sulawesi telah rusak atau gundul dan di Sulawesi Tengah terus kehilangan 16.740 ha hutan setiap tahunnya. Hal ini terutama disebabkan karena fakta bahwa hanya 20% hutan produksi berada di lahan yang kosong, dan 45% berada di hutan primer. 1.5 juta ha lahan dialokasikan untuk konsesi pertambangan, 42% nya berada pada hutan primer, dan lebih dari 500.000 ha hutan primer telah dikonversi menjadi perkebunan kayu atau ditebang. 72.000 ha lahan juga berada dibawah keputusan untuk dijadikan perkebunan. Hutan rawa dan hutan bakau telah mengalami kerusakan yang terparah dari semua jenis ekosistem, dengan hanya 5% dataran rendah dan hutan bakau yang masih ada tidak terganggu. Karena konversi budidaya, banyak hutan bakau di sepanjang pantai di propinsi tersebut telah digunduli.
Penebangan hutan memiliki konsekuensi yang mengkhawatirkan bagi kesehatan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Medan berbukit di Sulawesi Tengah menyebabkan tanah sangat rentan terhadap erosi ketika ada perubahan tanah yang signifikan. Selain itu, adanya laporan menurunkan kadar air di Danau Lindu telah dikaitkan dengan penggundulan wilayah sekitarnya.
DAERAH